Selasa, 15 April 2014

ongen van doumadoe

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Intensitas Serangan
Hasil pengamatan di lapangan dan sidik ragam intensitas ulat grayak Sehari, 2 hari, 3 hari dan 4 hari setelah aplikasi ekstrak daun mimba disajikan pada Tabel Lampiran 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8.  Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun mimba berpengaruh sangat nyata terhadap intensitas ulat grayak Sehari, 2 hari, 3 hari dan        4 hari setelah aplikasi.
Tabel 1. Rata-rata Intensitas Ulat grayak setelah Aplikasi dengan Pestisida Nabati Ekstrak Daun Mimba

                     
Perlakuan
Jam Setelah Aplikasi
1 Hari
2 Hari
3 Hari
4 Hari
M0 (Kontrol)
M1 (20 g.l-1 air)
M2 (30 g.l-1 air)
M3 (40 g.l-1 air)
M4 (50 g.l-1 air)
4,6a
4,3b
3,6c
1,6d
0,0e
5,3a
4,6b
3,6b
2,0c
0,0d
5,6a
5,3a
4,0b
3,3c
0,3d
5,6a
5,3a
4,3b
3,6b
2,0c
NP BNJ α = 0,05
1,1
1,1
0,9
1,0
Keterangan   :     Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata pada taraf uji BNJ α = 0,05


Hasil uji BNJ α = 0,05 pada Tabel 1, menunjukkan bahwa intensitas ulat grayak 1 hari setelah aplikasi perlakuan ekstrak daun mimba kontrol (M0) berbeda nyata dengan 20 g.l-1 (M1), 30 g.l-1 air (M2), 40 g.l-1 air (M3) dan  50 g.l-1 air (M4).
Intensitas ulat grayak 2 hari setelah aplikasi perlakuan ekstrak daun mimba kontrol (M0) berbeda nyata dengan 20 g.l-1 (M1), 30 g.l-1 air (M2), 40 g.l-1 air (M3) dan  50 g.l-1 air (M4).
Intensitas ulat grayak 3 hari setelah aplikasi perlakuan ekstrak daun mimba kontrol (M0) berbeda nyata dengan 30 g.l-1 air (M2), 40 g.l-1 air (M3) dan 50 g.l-1 air (M4), tetapi berbeda tidak nyata dengan 20 g.l-1 air (M1).
Intensitas ulat grayak 4 hari setelah aplikasi perlakuan ekstrak daun mimba kontrol (M0) berbeda nyata dengan 30 g.l-1 air (M2), 40 g.l-1 air (M3) dan 50 g.l-1 air (M4), tetapi berbeda tidak nyata dengan 20 g.l-1 air (M1).
 
Produksi
Hasil pengamatan di lapangan dan sidik ragam produksi  setelah dikonversi ke ha disajikan pada Tabel Lampiran 9 dan 10.  Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun mimba berpengaruh nyata terhadap produksi setelah dikonversi ke ha.







Tabel 2. Rata-rata Produksi yang Diperoleh setelah dikonversi ke Ha
Perlakuan
Ton.Ha-1
NP BNJ α = 0,05
(M0) Kontrol
(M1) 20 g.l-1 air
(M2) 30 g.l-1 air
(M3) 40 g.l-1 air
(M4) 50 g.l-1 air
3,57b
5,10ab
5,47a
5,57a
5,33ab
1,8




Keterangan   :     Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berarti berbeda nyata pada taraf uji BNJ α = 0,05


Hasil uji BNJ α = 0,05 pada Tabel 2, menunjukkan bahwa produksi yang diperoleh setelah aplikasi perlakuan ekstrak daun mimba 40 g.l-1 air (M3) berbeda nyata dengan kontrol (M0), tetapi berbeda tidak nyata dengan 30 g.l-1 air (M2), 50 g.l-1 air (M4) dan 20 g.l-1 (M1).

Pembahasan

          Hasil praktik lapang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak daun mimba berpengaruh sangat nyata terhadap intensitas ulat grayak 1 hari, 2 hari, 3 hari dan 4 hari (Lampiran 2, 4, 6 dan 8) dan  berpengaruh  nyata terhadap hasil ubinan (Lampiran 10).
               Hasil Uji BNJ α = 0,05 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak buah daun mimba 40 g.l-1 air memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding dengan perlakuan lainnya.  Hal ini diduga bahwa perlakuan yang dicobakan telah sesuai dengan kebutuhan tanaman, dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mimba, maka semakin rendah pula intensitas ulat grayak.  Hal ini sesuai dengan pernyataan (Anonim, 1992) yang menyatakan hama ulat grayak sangat berbahaya pada memasuki fase masak susu.
Pada perlakuan M3 menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan ekstrak daun mimba sebagai pestisida nabati dapat menekan perkembangan hama ulat grayak  juga dapat meningkatkan hasil  produksi pertanaman kedelai. Sebagaimana dikemukakan oleh Tukiman dan Molide (2008) bahwa ekstrak daun mimba mengandung bahan organik dan unsur nitrogen yang cukup tinggi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan dan dapat memicu pembentukan daun dan pembesaran biji.
            Sedangkan perlakuan tanpa ekstrak daun mimba memperlihatkan intensitas dan produksi yang paling sedikit, karena hanya tergantung pada media tanam saja sehingga kurang atau tidak tersedia pestisida nabati bagi tanaman.